Limbah Industri Tekstil Garmen Dan Konveksi
Jumlah Minimum Pesanan
Perbedaan garmen dan konveksi berikutnya adalah jumlah minimum pesanan. Karena konveksi merupakan skala kecil, tentu minimum pesannya relatif kecil yakni mulai dari 1 lusin pakaian saja. Tentunya setiap konveksi memiliki kebijakan yang berbeda-beda untuk setiap pemesanan produksi pakaian.
Sedangkan untuk perusahaan garmen yang mampu memproduksi pakaian dalam skala besar, ketentuan jumlah minimum pesanannya pun relatif banyak. Misalnya memproduksi satu jenis pakaian mencapai puluhan, ratusan, hingga ribuan pcs. Namun, saat ini sudah banyak juga perusahaan garmen yang tidak menetapkan minimum order sehingga Anda bisa melakukan pemesanan produksi lebih menguntungkan.
Baca Juga: 5 Tips Memulai Usaha Grosir Jeans dan Cara Kirim yang Tepat!
Demikian informasi yang perlu Anda ketahui tentang perbedaan garmen dan konveksi dalam industri tekstil. Tentu kedua hal ini penting untuk dipahami agar Anda bisa menentukan proses produksi pakaian sesuai kebutuhan.
Jika membutuhkan produksi pakaian dalam skala besar, mungkin mengandalkan perusahaan garmen bisa menjadi pilihan yang tepat. Sebaliknya, jika kebutuhan produksi Anda hanya berskala kecil saja, konveksi adalah pilihan yang cocok sesuai dengan ketersediaan budget Anda.
Memproduksi pakaian di garmen atau konveksi juga tentunya memerlukan proses pengiriman barang dengan menggunakan jasa pengiriman barang yang andal. Anda bisa menggunakan Troben dalam melayani kebutuhan ekspedisi kargo untuk pengiriman produk tekstil berskala besar.
Dilengkapi dengan fasilitas packing barang berkualitas, tentu ini dapat menjamin kualitas produk tetap terjaga. Yuk, segera download aplikasi kirim barang untuk mendukung pertumbuhan bisnis Anda bersama Troben!
LINK UMKM - Istilah tekstil, garmen, dan konveksi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang, tetapi banyak juga yang menganggap ketiga istilah tersebut memiliki makna yang sama. Padahal ketiga istilah tersebut memiliki artian yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Meskipun masih berhubungan istilah tekstil, garmen dan konveksi mewakili tiga proses yang berbeda, sehingga penggunaan masing-masing istilah haruslah sesuai dengan proses yang dimaksud sebenarnya. Secara umum memang ketiga istilah ini berkaitan satu dengan yang lainnya, ketiganya merupakan industri yang berkaitan dengan pembuatan pakaian baik proses pembuatan bahan bakunya hingga ke pengolahan bahan baku menjadi produk jadi berupa pakaian yang bernilai jual. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing istilah tersebut.
Industri tekstil merupakan industri yang mengolah serat menjadi benang atau kain, produk-produk yang dihasilkan dari proses ini terdiri dari serat, benang, kain atau pakaian. Bahan baku yang diolah dalam industri tekstil berasal dari dua sumber, yang pertama berasal dari serat alami tanaman seperti kapas. Sumber kedua berasal dari hewan seperti wol, sutra, dan serat sintetis yang terdiri atas nilon polyster, akrilik dan lain-lain. Karakteristik serat yang dipakai dalam pengolahan ini akan sangat berpengaruh terhadap sifat benang/kain yang dihasilkan. Proses yang terjadi pada industri tekstil dimulai dari proses pemintalan, proses perajutan/penenunan, proses penyempurnaan hingga proses pakaian jadi. Namun industri tekstil tidak sepenuhnya menjalankan proses tersebut sampai membuat pakaian jadi karena umumnya sudah ada industri lainnya yang akan melakukan pengolahan lebih lanjut hingga produksi benang atau bahan baku menjadi produk jadi siap pakai.
Berdasarkan makna katanya, garmen memiliki arti pakaian jadi, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa industri garmen merupakan industri pengolahn bahan baku menjadi pakaian jadi. Namun dalam kenyataanya, garmen tidak hanya sekedar berarti pembuatan pakaian jadi saja, tetapi mencakup produksi pakaian jadi dalam skala yang besar. Hal inilah juga yang membedakan garmen dengan dua istilah lainnya, garmen menjadi sentra produksi pakaian dalam jumlah yang sangat banyak. Di Indonesia terdapat beberapa kota yang terkenal dengan industri garmennya, yakni kota Bandung, Semarang, dan Surabaya. Pakaian jadi yang diproduksi dalam skala besar tersebut kemudia akan dijual di pasar lokal maupun diekspor ke luar negeri. Garmen berfokus pada proses pembuatan kain menjadi pakaian jadi saja.
Konveksi merupakan industri yang memproduksi pakaian jadi dalam jumlah yang besar, pakaian yang dihasilkan meliputi baju, celana, jaket, seragam, dan lain sebaginya. Proses produksi yang dilakukan pun terbilang tidak terlalu rumit, bahan baku berupa kain atau pakaian setengah jadi diolah menjadi pakaian utuh dengan model yang diinginkan oleh pemesan. Ada banyak pihak yang terlibat dalam industri konveksi mulai dari penjual kain (produsen, distributor, atau eceran), pengusaha konveksi itu sendiri, penjahit pakaian hingga pihak ketiga seperti penjual label baju atau packaging. Konveksi juga dapat dalam skala yang lebih kecil dengan produksi yang terbatas berdasarkan permintaan yang masuk.
Bisnis pakaian adalah salah satu bisnis yang sangat menjanjikan. Pasalnya, permintaan akan produknya akan selalu ada sampai kapanpun juga. Beberapa jenis bisnis pakaian yang mungkin sudah tidak asing lagi kalian dengar adalah tekstil, garmen, dan konveksi. Apa ya perbedaan dari tekstil, garmen, dan konveksi?
Tekstil, garmen, dan konveksi meskipun saling berkaitan karena berada pada industri pembuatan pakaian, ketiganya tidak memiliki arti yang sama. Proses yang diwakilkan pun cenderung berbeda-beda.
Agar tidak bingung lagi mengenai perbedaan tekstil, garmen, dan konveksi, ada baiknya menyimak penjelasannya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Industri tekstil menyuguhkan berbagai aspek yang beragam, di antaranya adalah sektor garmen dan konveksi. Meskipun keduanya beroperasi dalam domain produksi tekstil, terdapat perbedaan garmen dan konveksi yang memiliki keunggulannya masing-masing.
Maka dari itu, penting sebagai pebisnis di industri fashion memahami perbedaan garmen dan konveksi ini. Sehingga, Anda mampu memperkaya perspektif terhadap keragaman industri tekstil modern.
Garmen adalah sektor industri yang memproduksi pakaian dalam jumlah besar. Proses produksinya melibatkan berbagai tahap dari pengolahan bahan baku hingga menjadi produk jadi.
Industri garmen mampu menghasilkan barang-barang massal yang tersedia bagi berbagai lapisan masyarakat, dan menjadi bagian integral dari industri fashion serta ekonomi global. Produk yang dihasilkan seperti pakaian, celana, jaket, dan sebagainya biasanya tersedia di ritel besar seperti pusat perbelanjaan.
Secara sederhana, bisnis konveksi adalah industri yang fokus pada produksi pakaian jadi, aksesoris pakaian, dan berbagai produk kain lainnya. Contohnya seperti seprei, taplak meja, sarung tangan, gorden jendela, karpet, dan sebagainya.
Bisnis konveksi umumnya lebih kecil dalam skala industri dibandingkan dengan garmen dan tekstil. Karena sistem skalanya yang lebih kecil dibandingkan dengan industri garmen, maka proses operasinya bisa dilakukan di rumah atau dalam unit-unit kecil.
Baca Juga: Peluang Usaha Konveksi Beserta Tipsnya!
Penjelasan Mengenai Tekstil, Garmen, dan Konveksi
Sebelum membahas tentang perbedaan tekstil, garmen, dan konveksi, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu penjelasan dari tiap-tiap istilah tersebut. Berikut ini penjelasannya.
Dikutip melalui buku berjudul Tekstil untuk Restoran Hotel (2022), tekstil berasal dari kata texere yang memiliki arti menenun. Namun, seiring perkembangan zaman, tekstil tidak hanya lagi hanya seputar menenun, namun juga meliputi proses pembuatannya. Industri tekstil adalah industri yang mengolah serat menjadi kain atau benang.
Tekstil menggunakan dua sumber bahan baku, yang pertama yakni serat alami seperti kapas dan berasal dari hewan seperti wol atau sutra. Ada beberapa proses yang terjadi selama proses tekstil, antara lain proses pemintalan, perajutan atau penenunan, penyempurnaan, dan proses akhir.
Garmen adalah sebuah usaha yang bergerak dalam bidang pembuatan tekstil atau pakaian. Bisnis garmen dikelola dengan menggunakan sistem manajemen dan administrasi yang lebih baik dibandingkan sistem yang digunakan oleh konveksi. Industri garmen memproduksi berbagai jenis dan macam pakaian yang siap untuk diperjualbelikan.
Tak heran, jika banyak sekali karyawan pada usaha garmen. Pengerjaan pakaian pada garmen bisa dibilang sangat cepat dan juga rapi, karena didukung oleh mesin yang berteknologi modern. Kota di Indonesia yang dikenal menjadi produksi garmen adalah Surabaya, Semarang, dan Bandung.
Dikutip melalui buku berjudul Prakarya dan Kewirausahaan Tata Busana di Madrasah Aliyah (2020), konveksi adalah sebuah usaha dalam bidang pakaian jadi yang diproduksi secara besar-besaran atau secara massal. Konveksi juga bisa disebut sebagai home industry. Produk dari konveksi berupa pakaian jadi atau ready to wear. Pakain yang dihasilkan seperti jaket, seragam, baju, celana, dan lain sebagainya.
Pakaian yang telah jadi ini, telah tersedia di pasar dan siap untuk dipasarkan serta dipakai. Banyak pihak yang terlibat dalam industri konveksi antara lain pengusaha konveksi, penjahit, hingga pihak ketiga seperti penjual label dan packaging. Dalam proses produksi konveksi, ukuran pakaian tidak disesuaikan dengan permintaan pelanggan, melainkan menggunakan standar ukuran yang ada. Seperti S-M-L-XL-XXL atau menggunakan nomor 11, 12, 13, 14, 15, 16.
Ciri-ciri pakaian konveksi:
Perbedaan Garmen dan Konveksi
Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara garmen dan juga konveksi. Berikut simak penjelasan selengkapnya tentang perbedaan garmen dan konveksi.
Perbedaan Tekstil, Garmen, dan Konveksi
Melalui masing-masing penjelasan yang telah diberikan di atas, bisa disimpulkan bahwa perbedaan tekstil, garmen, dan konveksi adalah:
Dari penjelasan di atas, yang bisa disimpulkan adalah, industri tekstil jauh berbeda dengan industri garmen dan konveksi. Industri tekstil lebih condong ke arah pembuatan bahan. Sedangkan garmen dan konveksi pengolahan bahan.
JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah tekstil, garmen, dan konveksi barangkali sudah tak asing lagi di telinga. Kendati begitu seringkali ketiga istilah tersebut saling tumpang tindih.
Meski memiliki arti berbeda, banyak pula yang menyebut kalau ketiganya memiliki arti yang sama. Lalu apa perbedaan tekstil, garmen, dan konveksi?
Dikutip dari laman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tekstil adalah bahan pakaian, sementara garmen adalah pakaian jadi. Tekstil sebenarnya merupakan serapan dari Bahasa Inggris yakni textile yang berarti sesuatu yang ditenun.
Sementara dirangkum dari Apparelsearch, tekstil adalah proses pembuatan benang dan kain dari bahan baku serat. Dari kain ini kemudian diolah menjadi pakaian jadi atau produk lainnya.
Baca juga: Banyak yang Bingung, Ini Perbedaan SPBU Pertamina Warna Merah dan Biru
Bahan-bahan serat yang dipakai untuk tekstil biasanya berasal dari serat filemen, serat staple, serat alam, atau serat sintesis.
Sederhananya, tekstil dibahasakan sebagai proses pembuatan kain dan benang, di mana proses ini terdiri dari beberapa tahapan.
Namun umumnya, tahapan dalam industri tekstil terdiri dari tiga bagian yakni pembuatan serat (fiber mill), pembuatan benang (spinning mill), dan pembuatan kain (fabric mill).
Banyak perusahaan tekstil bergerak hanya di satu bidang saja. Namun tak jarang perusahaan tekstil, terutama yang berskala besar, mengerjakan tiga tahapan tersebut sekaligus alias industri tekstil terintegrasi dari hulu ke hilir.
Baca juga: Apa Itu Sekuritas dalam Perdagangan Saham?
Sementara garmen adalah proses yang lebih spesifik. Industri garmen adalah berfungsi sebagai penambah nilai jual dari produk tekstil.
Garmen adalah proses produksi pakaian jadi atau produk tekstil jadi lainnya dalam jumlah massal, sehingga garman sudah pasti adalah industri skala besar. Tekstil dan garmen juga saling berkaitan.
Jika garmen lebih berfokus pada pembuatan pakaian jadi, tekstil mencakup keseluruhan proses pembuatan pakaian dari serat hingga pakaian jadi (perbedaan tekstil dan garmen).
Sebagaimana halnya dengan tekstil, garmen dikelola dengan sistem menejemen dan juga sistem administrasi yang baik, serta memiliki peralatan produksi yang memadai dan modern.
Baca juga: Apa Itu Bank Himbara?
Garmen sebuah pabrik pakaian atau tekstil yang memproduksi berbagai macam dan jenis pakaian untuk diperjual belikan kembali sehingga karyawan yang bekerja pada garmen ini terbilang sangat banyak.
Hal inilah yang membedakan garmen dengan konveksi. Konveksi adalah usaha di bidang pembuatan pakaian jadi namun dengan jumlah produksi dan karyawan yang lebih sedikit dibandingkan garmen.
Lantaran skalanya yang kecil, konveksi biasanya dimiliki perorangan, bahkan terkadang baru akan melakukan produksi hanya saat ada pesanan datang (perbedaan garmen dan konveksi).
Baca juga: Mengenal Eigendom, Bukti Kepemilikan Tanah Warisan Belanda
Pengolahan Limbah Industri Garmen
PENDAHULUANDunia sedang dilandan masalah lingkungan yang sangat memprihatinkan. Dimana salah satu dampak yang diberikan adalah menurunnya atau berkurangnya kualitas air bersih karena banyak sumber air atau aliran air yang tercemar oleh limbah, baik itu limbah domestic maupun limbah industry (Rahman, et al., 2018).
Salah satu sumber masalah pencemaran lingkungan yaitu limbah industry yang pembuangannya dan pengolahannya kurang diperhatikan (Rahmat, et al., 2018). Salah satu industry yang cukup berpengaruh dalam pencemaran lingkungan yaitu industry tekstil. Industri tekstil di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, terlebih lagi di Indonesia terkenal dengan beberapa kain khas seperti batik, songket, dan lain sebagainya. Selain kain-kain tradisional, industry tekstil di Indonesia juga sangat marak, setidaknya ada 1.230.988 perusahaan yang menekuni industry tekstil baik itu rumahan maupun yang perusahaan (Febi & Arini, 2021).
Sebagai negara berkembang, Indonesia bergantung pada sektor industri. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang bergantung padanya. Selama beroperasinya industri tekstil, pasti akan timbul limbah. Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan selama operasi kanji, pemisahan pati, pemutihan, pemasakan, alkalizing, pencelupan, pencetakan dan finishing industri tekstil. Bukan rahasia lagi bahwa suatu industri pasti menghasilkan limbah. Sebagian besar limbah ini seringkali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar. Begitu pula dengan industri tekstil. Limbah dari industri tekstil sendiri meliputi limbah cair dan limbah padat.
Air limbah yang muncul karena adanya prosses produksi pada industry tekstil merupakan salah satu limbah yang paling berpolusi jika dibandingkan dengan beberapa sektor industry lainnya seperti cat, kertas, dan farmasi (Guntur & Erina, 2019). Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat dan cair perlu untuk dilakukan pemanfaatan kembali guna untuk mengurangi pendapatan limbah. Limbah padat dapat lebih bermanfaat daripada limbah cair karena limbah cair sudah mengandung campuran bahan kimia
A. Limbah Industri TekstilLimbah merupakan sebuah hasil bahan buangan dari hasil produksi yang berupa zat sisa dari proses kegiatan manusia (Amiroh & Arini, 2019). Salah satu faktor yang membuat lingkungan tercemar di berbagai negara adalah adanya limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industry. Banyaknya jenis limbah pada masa sekarang, hal ini perlu menjadi konsentrasi para pengusaha, perusahaan, dan penggiat industry untuk mampu memberikan pengolahan limbah yang maksimal dengan cara mendaur ulang sehingga mmpunyai nilai tersendiri (Amiroh & Arini, 2019). Jika dilihat dari sifatnya limbah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Limbah OrganikLimbah yang dihasilkan dari makhluk hidup dan sifatnya mudah terurai, seperti sisak makanan dan lain sebagainya.
2. Limbah AnorganikLimbah yang sifatnya sulit atau bahkan tidak bisa terurai seperti kaleng, kaca, dan plastic.Sedangkan jika dilihat dari segi bentuknya, limbah dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Limbah Gas2. Limbah Padat3. Limbah Cair
Salah satu limbah yang cukup berperan besar dalam tercemarnya lingkungan yaitu limbah dari industry tekstil. Dalam buku "Introduction To Textie Fiber" kata Textile berarti tenun, tenunan, atau ditenun dalam bahasa prancis (Citra & Hasna, 2021). Limbah tekstil sendiri merupakan hasil dari sisa produksi tekstil yang dapat memberikan dampak negative dan mampu di olah lagi dengan daur ulang (Amiroh & Arini, 2019). Industry tekstil selalu ada di setiap negara karena hasil produknya berupa pakaian atau kebutuhan sandang lainnya yang menjadi kebutuhan pokok manusia (Hindrywati, 2020). Pemanfaatan dan pengolahan limbah tekstil penting untuk dilakukan karena limbah tekstil bisa dimanfaatkan hingga bernilai kembali dan limbah industry tekstil juga mampu berpotensi menjadi pencemar utama lingkungan jika tidak diolah (Findia & Arumsari, 2019).
Limbah dari industry tekstil yang cukup berbahaya adalah limbah yang berupa cairan. Limbah cair dari industry tekstil mengandung beberapa zat berbahaya bagi lingkungan salah satunya yaitu pewarna tekstil. Pewarna tekstil yang zat kimianya tersusun dari senyawa turunan benzzenanya yaitu senyawa azo, senyawa ini sangat sulit untuk terurai. Jika senyawa ini terdapat di lingkungan, senyawa azo mampu memnyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya bagi kesehatan seperti kanker dan mutase genetic lainnya. Zat pewarna yang ada dalam limbah cair industry tekstil merupakan zat pewarna sisa yag tidak digunakan dalam produksi tekstil. Zat pewarna tersusun dari gugusan kromogenik yaitu gugusan yang membuat molekul menjadi berwarna. Molekul dari zat pewarna sendiri merupakan campuran dari gugus kromofor dengan zat organic tak jenuh serta gugus auksokrom yang berperan sebagai pengikat warna kepada serat kain. Gugus auksokrom terbagi menjadi dua golongan, yaitu:1. Kelompok AnionSO3H, -OH, -COOH sebagai --O, SO3, dan lain lain2. Kelompok KationNII2, NIIR, j0NR2 sama dengan --NR2Cl.
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Pemanfaatan Limbah Industri Tekstil
Halo Sobat Persada!Apakah ada yang bisa kami bantu?
Kepemilikan Bisnis
perbedaan garmen dan konveksi yang pertama terletak pada kepemilikan bisnis antara jenis usaha kedua tersebut. Umumnya, konveksi dimiliki oleh individu tunggal karena jumlah pesanan yang relatif terbatas. Tak heran mengapa hal administrasi dalam usaha konveksi lebih sederhana dalam pengelolaanya.
Sementara pada jenis usaha garmen tidak dimiliki oleh individu tunggal, tetapi oleh manajer-manajer yang terstruktur dengan baik. Kelebihan dari sistem manajemen ini adalah pembagian tanggung jawabnya tidak berpusat pada satu orang saja. Demikian proses administrasinya pun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan usaha konveksi.
Perbedaan selanjutnya dapat dilihat dari jumlah karyawan yang bekerja di konveksi dan garmen. Konveksi dimiliki oleh satu individu sehingga secara umum memiliki jumlah karyawan yang relatif sedikit, yakni kurang dari 10-50 karyawan saja.
Berbeda halnya dengan garmen yang memiliki jumlah karyawan lebih banyak, mulai dari ratusan hingga ribuan karyawan. Jumlah ini biasanya sejalan dengan volume pesanan tekstil atau pakaian yang mereka tangani.
Perbedaan garmen dan konveksi berikutnya terletak pada peralatan yang digunakan oleh karyawan di konveksi dan garmen. Karena konveksi umumnya beroperasi dalam skala yang lebih kecil dan menerima pesanan yang relatif sedikit dibandingkan dengan garmen, peralatan konveksi cenderung masih menggunakan teknologi yang sederhana dan tradisional.
Sedangkan pada perusahaan garmen, peralatan yang digunakan lebih modern untuk mendukung kualitas SDM yang lebih terlatih di perusahaan. Hal ini yang menjadikan alasan produk garmen cenderung memiliki kualitas yang lebih baik daripada produk konveksi.
Produk yang dihasilkan oleh pabrik garmen memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada konveksi biasa. Hal ini disebabkan oleh sistem quality control dan pengawasan ketat yang diterapkan di perusahaan garmen. Konsistensi dalam kualitas produk juga merupakan salah satu keunggulan utama pabrik garmen, di mana setiap produk dijamin memiliki standar yang sama.
Di sisi lain, konveksi umumnya tidak memiliki sistem quality control yang memadai dan sering menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional. Akibatnya, produk yang dihasilkan oleh konveksi sering kali tidak konsisten dalam kualitasnya. Masalah seperti posisi bordir yang tidak tepat dan kesalahan jahitan sering ditemui pada produk konveksi.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua konveksi menghasilkan produk berkualitas rendah dengan masalah ini. Saat ini, banyak konveksi yang mulai meningkatkan perhatian terhadap quality control demi meningkatkan kualitas produk mereka.
Perbedaan garmen dan konveksi selanjutnya dapat dikenali dari target pasar yang mereka tuju. Konveksi biasanya menyasar komunitas, organisasi, dan bisnis kecil-menengah dengan anggota kurang dari 500 orang. Proses produksi dalam konveksi juga sering memakan waktu lebih lama karena terbatasnya jumlah karyawan.
Sementara, perusahaan garmen lebih berorientasi kepada perusahaan besar yang memiliki jumlah karyawan yang sangat banyak, mulai dari ratusan hingga ribuan orang. Perusahaan-perusahaan besar ini juga umumnya lebih memperhatikan kualitas produk mereka secara lebih serius.